Jumat, 09 Juli 2010

mushaf sultan ternate

mushaf sultan ternate

mushaf masjid tua kaitetu, maluku

Mushaf Sultan Ternate


Mushaf Kuno Nusantara

Mengapa kajian mushaf perlu dilakukan?
Kebanyakan peneliti mengkaji teks (filologi), dan sedikit yang mengkaji fisik naskah (kodikologi: mengkaji antara lain tulisan/kaligrafi, hiasan/iluminasi, desain/perwajahan, jilidan, tinta, perdagangan naskah, dll)
Peneliti naskah kebanyakan meneliti teks-teks sastra (termasuk sastra kitab).
Banyak peneliti apriori karena teks Al-Qur’an sama, sehingga tidak perlu dibandingkan.
Seni mushaf merupakan bagian dari seni rupa Islam Indonesia (masih kurang dikaji).
Mushaf adalah naskah yang beriluminasi paling indah, selain surat raja-raja Nusantara.
Perguruan-perguruan tinggi Al-Qur’an (PTIQ, IIQ, dll) belum banyak yang meneliti mushaf-mushaf kuno.
Ada mata rantai yang hilang dalam kajian/penulisan sejarah Al-Qur’an. Kebanyakan berhenti pada masa Sahabat.
Sejarah Al-Qur’an di Nusantara/Indonesia belum ditulis.

Jumlah Mushaf Nusantara
Di Indonesia paling kurang 337 mushaf (koleksi museum, masjid, pesantren dan perorangan - yang diketahui).

Luar Negeri: 374 mushaf. [Malaysia 300; Inggris 11; Belanda 32 (+ 41 dgn jilidan terpisah); Prancis 5; Jerman 1; Australia 20]

Mushaf Tertua Nusantara?
Beberapa klaim:
Masjid Agung Banten 1553
Masjid Tua Kaitetu, Hila, Maluku 1550; Nur Cahya 1590
Ternate 1005/1050 H (1596/1641)

Di antara Mushaf tertua:
- Gallop: Perpustakaan SOAS: Jumadil Awal 993 H (1585) koleksi William Marsden.
- Riddle: Di Belanda, diperoleh di Johor pada 1606 (kolofon berbahasa Jawa) – dimuat di Jurnal Indonesia and The Malay World, London.
- Koleksi M Zen Usman, Singaraja, Bali 1035 H (1625).
PNRI: Sya’ban 1143 H (1731)

Mushaf Sultan Ternate:
Telah tersebar luas dalam tulisan ilmiah sebagai mushaf tertua di Nusantara. Namun di catatan wakaf di halaman depan tertera 9 Zulhijah 1185 M (Sabtu, 14 Maret 1772), ditulis oleh Haji Abdul Alim bin Abdul Hamid.

Mushaf koleksi pribadi Bpk M Zen Usman, Singaraja, Bali. Tertanggal Kamis, 21 Muharram 1035 H (23 Oktober 1625 M). Ditulis oleh Abd as-Sufi ad-Din. Bahan kertas dluwang (kulit kayu).

Jenis-jenis Mushaf
- Manuskrip
- Litografi/cetak batu
- Cetak offset/modern

Aspek-aspek Kajian Mushaf
- Teks/Nas (rasm, tanda tajwid, qiraat)
- Kaligrafi (teks dan gaya)
- Iluminasi (awal, tengah dan akhir mushaf; setiap hlm – mushaf Kraton Yogya)
- Jilidan (hiasan cover dan model jilidan dan jahitan). Jumlah jilid (3, 10, 30 jilid - berdasarkan juz)

Kajian Kaligrafi dalam Mushaf
Macam Teks
Teks Qur’an
Kepala surah
Teks pinggir hlm [qiraat, tanda juz dll],
Doa, kolofon dan teks tambahan lain.

Gaya Kaligrafi
Kaligrafi floral
Pilinan khas Jawa
Naskhi Banten
Sulsel

Kajian Iluminasi dalam Mushaf
- Awal (Surah al-Fatihah dan awal Surah al-Baqarah)
- Tengah (awal S. al-Isra, awal S al-Kahfi, atau awal juz ke-16)
- Akhir (S. al-Falaq dan an-Nas)
Iluminasi bisa di seluruh halaman (mushaf di Museum Kraton Yogya, dibuat di Surakarta; Mushaf Istiqlal dll).
- Gaya khas: Aceh, Bugis-Makassar, Jawa (sebagian), Lombok