Jumat, 21 Agustus 2009

Ilmu Rijal al-Hadits

PENDAHULUAN

Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an. Hadits terdiri dari sanad dan matan. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan dari pembahasan hadits, karena inti dari pembahasan suatu hadits tidak akan lepas dari kritik matan maupun sanad.

Ketika membahas sanad, berarti kita membahas para perawi. Ilmu hadits yang membahas tentang keadaan perawi, perjalanan hidup mereka baik mereka dari golongan sahabat, golongan tabi’in dan tabi’it-tabi’in adalah Ilmu Rijal al-Hadits.

Pembahasan Ilmu Rijal al-Hadits terbagi dua, yaitu Tarikh al-Ruwat yakni ilmu yang membahas tentang keadaan para perawi, sejarah kelahiran perawi, wafatnya, guru-gurunya, sejarah mendengarnya (belajarnya) dari mereka, perjalanan-perjalanan ilmiah yang mereka lakukan, sejarah kedatangannya kenegeri-negeri yang berbeda-beda, masa belajarnya sebelum ataupun sesudah mengalami kekacauan fikiran dan penjelasan-penjelasan lain yang memiliki kaitan erat dengan persoalan-persoalan hadits. Dan al-Jarh wa al-Ta’dil yakni ilmu yang membahas tentang komentara positif maupun negatif para perawi.

Pada pembahasan Ilmu Rijal al-Hadits tentang sahabat, tentunya hanya berkisar dan fokus dalam Ilmu Tarikh al-Ruwat. Karena mengingat pendapat mayoritas ulama sunni yang ,menganggap bahwa “Asshahabi Kulluhum ‘Udulun”, semua sahabat tidak perlu diragukan lagi keadilannya secara mutlak, maka secara otomatis pembahasannya tidak akan membahas apalagi berkutat secara lebih mendalam terhadap permasalahan-permasalahan yang menyangkut tentang sisi komentara positif maupun negatif tentang para sahabat yang dibahas dalam Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil.

PEMBAHASAN

KITAB RIJAL AL-HADITS TENTANG SAHABAT

CARA MENGGUNAKANNYA SERTA KLASIFIKASI THABAQAT SAHABAT

1. Kitab-kitab Rijal al-Hadits tentang sahabat

Dalam Ushul al-Hadits karya DR. Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib menyebutkan bahwa ada sekitar empat puluh karya tentang sahabat. Antara lain sebagai berikut:

  1. Kitab Ma’rifah Man Nazala Min ash-Shahabah Sa’ir al-Buldan. Terdiri dari lima juz, karya imam ‘Ali ibn Abdillah al-Madaniy (161-234 H). tetapi tidak ada catatan bahwa kitab itu sampai ketangan kita.
  2. Al-Isti’ab Fi Ma’rifah al-Ashbab karya Abu Umar Yusuf ibn Abdillah (Ibn Abdil barr) al-Qurthubi (364-463 H). dicetak beberapa kali di Mesir dan India. Beliau menggunakan sebutan seperti dengan anggapan beliau telah menyebutkan sahabat secara menyeluruh. Akan tetapi sebenarnya masih banyak sekali yang terlewatkan. Ia memuat 4225 sahabat laki-laki maupun wanita. Beberapa orang telah meringkas dan memberikan catatan tambahan atas kitab itu.
  3. Usdul Ghabah Fi Ma’rifah ash-Shahabah, terdiri dari lima jilid, karya sejarawan terkemuka, Izzuddin abu al-Hasan Ali bin Muhammad(Ibn al-Atsir) (555-630 H). kitab ini telah dicetak di Mesir, memuat 7554 biografi. [1]
  4. Tajrid Asma’ ash-Shahabah, terdiri dari dua juz, karya al-Imam al-Hafidz Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad ibn Ahmad adz-Zahabi (673-852 H) dan telah dicetak di India pada tahun 1310 H.
  5. Al-Ishabah Fi Tamyiz ash-Shahabah, karya Syaikhul Islam al-Imam al-Hafidz Syihabuddin Ahmad ibn Ali al-Kannani (ibn HAjar) al-Asqalani (773-852 H). kitab ini merupakan karya terlengkap dalam bidang ini dan dicetak beberapa kali di Mesir dan India. Memuat 9477 nama asli, 1268 kun-yah dan 1552 biografi sahabat wanita. [2]

2. Cara menggunakan kitab Rijal al-Hadits tentang sahabat

Cara menggunakan kitab Rijal al-Hadits, perlu terlebih dahulu mengetahui nama-nama sahabat yang dicarinya. Nama-nama sahabat ini selayaknya di ketahui secara mendetail baik dari nama orang tua, laqob, kun-yah, suku maupun kebangsaannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kerancuan nama sahabat yang kebetulan sama. Jika sipencari tidak mengetahui secara terperinci sebagaimana telah disebutkan, paling tidak ia harus mengetahui nama sahabat berikut nama ayah atau ibunya.

Contohnya sebagai berikut: jika kita hendak mencari biografi tentang Yazid misalnya, kita harus memastikan Yazid itu putra siapa. Karena banyak nama Yazid di kalangan para sahabat seperti Yazid ibn Anas, Yazid ibn Asad, Yazid ibn al-Aswad, Yazid ibn Usaid dan masih banyak lagi Yazid Yazid yang lainnya.

Namun secara umum ada beberapa cara menggunakan kitab Rijal al-Hadits:

  1. Dengan cara mencari melalui abjad Hijaiyah
  2. Dengan cara mengetahui biografi sahabat
  3. Dengan cara mengetahui Thabaqat sahabat
  4. Berdasarkan nama dan tempat tinggal sahabat
  5. Berdasarkan tahun wafatnya sahabat
  6. Berdasarkan kunyah atau laqob sahabat.

3. Klasifikasi Thabaqat Sahabat

Thabaqat adalah sekumpulan orang (suatu jama’ah) yang umurnya sebaya dan berserikat dalam menerima pelajaran dari seorang guru (sama-sama belajar pada seorang guru). Para sahabat umpamanya, kalau kita menjuluki mereka dengan nama sahabat atau mengingat persahabatan mereka dengan Rasul dan pergaulan mereka dengan Rasul dapatlah mereka dikatakan satu Thabaqah. Tetapi, jika dipandang dari sudut lain, seperti sama-sama menyaksikan peperangan Badar, sama-sama mengalahkan Mekah, sama-sama berhijrah dari Mekah ke Madinah dan lain-lain, maka mereka terdiri atas 5 Thabaqat atau 12 Thabaqat.

Para ahli hadits berbeda pendapat tentang thabaqat sahabat, ada yang memasukan seluruh sahabat kedalam satu thabaqat saja, kemudian tabi’in dan kemudian sesudah tabi’in. pendapat ini berdasarkan sabda Nabi Saw yang artinya: Sebaik-baiknya kurun adalah zamanku, kemudian orang-orang sesudah mereka kemudian orang-orang sesudah mereka”.

Pendapat lain membagi sahabat ke dalam beberapa thabaqat, diantaranya pendapat ibn Sa’ad menjadikannya 5 thabaqat, ibnu Hajar al-Asqalani dan al-Hakim meringkas thabqat para rawi menjadi 12 thabaqat dan sebagian ulama menjadikan mereka lebih dari itu. Ibnu hajar yang mengelompokan mengelompokan yang hanya terdiri dari kelompok orang-orang yang mempunyai riwayat dalam al-Kutub al-Sittah, yaitu :

1. Sahabat yang pertama masuk Islam, seperti Khulafaurrasyidin dan Bilal bin Rabah.

2. Sahabat yang masuk Islam sebelum orang-orang Quraisy bermusyawarah di Darun Nadwah, untuk mencelakakan Nabi. Pada masa itu telah ada segolongan sahabat yang mengangkat bai’ah, yaitu setelah Umar bin Khattab masuk Islam. Beliau membawa Rasul menerima Bai’ah dari Sa’id ibn Zaid dan Sa’ad ibn Abi Waqqash.

3. Para sahabat yang berhijrah ke Habsyah, seperti Hathib ibn Umar, Suhail ibn Baidla, Abu Hudzaifah ibn ‘Utbah.

4. Sahabat-sahabat yang mengadakan bai’at pada ‘aqabah pertama, seperti: Rafi’I ibn Malik, Ubadah bin Shamit, Sa’ad ibn Zurarah.

5. Sahabat-sahabat yang mengadakan bai’at pada aqabah yang kedua, seperti : Barra ibn Ma’mar, Jabir ibn Abdullah, Abdullah bin Zubair, Sa’ad ibn Khaitsamah.

6. Sahabat-sahabat yang berhijrah yang bergelar Muhajirin, yang bertemu sewaktu Nabi di Quba sebelum sampai ke Madinah, seperti Ibn Salamah, Ibn Abdul Asad dan Amer ibn Rabi’ah.

7. Sahabat-sahabat yang bertempur dalam perang Badr, yaitu sejumlah lebih dari 110 orang, seperti Hathib ibn Balta’ah dan Sa’ad ibn Mu’adz dan al-Miqdad ibn al-Aswad.

8. Sahabat-sahabat yang berhijrah ke Madinah setelah perang Badr dan sebelum Hudibiyah, seperti al-Mughirah ibn Syu’bah.

9. Sahabat-sahabat yang turut mengadakan Baitur Ridwan, seperti Salamah ibn al-Akwa, Sinan ibn Abi Sinan dan Abdullah ibn Umar.

10. Sahabat-sahabat yang berhijrah setelah perdamaian Hudaibiyah sebelum pengalahan Mekah, seperti Khalid ibn Walid dan Amr bin Ash.

11. Sahabat-sahabat yang masuk Islam dimasa pengalahan Mekah, seperti Abu Sufyan, Hakim ibn Hizan dan Athab ibn Asid.

12. anak-anak yang dapat melihat Nabi setelah pengalahan Mekah dan haji Wada’, seperti Sa’id ibn Yazid dan Abdullah ibn Tsa’labah.

Sedangkan ulama yang mengelompokan sahabat dalam 5 thabaqat saja, yaitu:

  1. Sahabat yang turut dalam perang Badr,
  2. Sahabat yang lebih dahulu masuk Islam, yang kebanyakan berhijrah ke Habsyah dan menyaksikan peperangan Uhud dan sesudahnya.
  3. Sahabat yang dapat menyaksikan peperangan Khandaq
  4. Sahabat yang memeluk agama Islam pada masa pengalahan Mekah dan sesudahnya.
  5. Anak-anak dan budak-budak. [3]

Ahlu sunnah berpendapat bahwa sahabat yang paling utama adalah Abu Bakar, lalu Umar, setelah itu Utsman, lalu Ali selanjutnya sahabat-sahabat yang masuk dalam kelompok sepuluh orang yang dapat jaminan masuk surga, lalu ahli Badr, ahli Uhud, para peserta Bai’at al-Ridwan dan kaum Anshar yang memiliki keistimewaan dengan penuh melakukan shalat menghadap dua Qiblat menurut ibn al-Mysayyab, Muhammad ibn Sirrin dan Qatadah. Menurut Hasan al-Basri mereka itu adalah orang-orang yang masuk Islam sebelum Fath Makkah. [4]

DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Khatib. DR. M. Ajjaj, Ushul al-Hadits (terj. H. M. Nur Ahmad Musafiq). Jakarta: Gaya Media Pratama. 2007.

2. Ash-Siddiqi. Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki Putra. 1997.

3. Mudzakkir. Drs. Muhammad Ahmad- Drs. M.. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia. 2004.



[1] Drs. Muhammad Ahmad- Drs. M. Mudzakkir. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia. 2004. Hal: 59

[2] DR. M. Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits (terj. H. M. Nur Ahmad Musafiq). Jakarta: Gaya Media Pratama. 2007. Hal 396

[3] Teungku Muhammad Hasbi ash-Siddiqi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki Putra. 1997. Hal 245

[4] DR. M. Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits (terj. H. M. Nur Ahmad Musafiq). Jakarta: Gaya Media Pratama. 2007. Hal 381

Tidak ada komentar:

Posting Komentar