Kamis, 20 Agustus 2009

ILMU TARTIB SUWAR - I (AYAT)

ILMU TARTIB SUWAR - I (AYAT)

A. Pendahuluan

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Kami memuji, memohon pertolongan dan ampunan serta perlindungan kepada-Nya dari kejahatan jiwa dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah SWT, tak seorang pun dapat menyesatkannya dan barang siapa disesatkan-Nya, tak seorang pun dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Sehubungan dengan tugas mata kuliah Ulumul Qur’an II, kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul Ilmu Tartib Suwar I (Ayat). Makalah ini disusun dengan mengacu kepada referensi-referensi yang ada, dengan susunan isi makalah antara lain :

A : Pendahuluan

B : Pengertian Ayat

C : Ayat Pertama dan Terakhir Turun

D : Daftar Pustaka

B. Pengertian Ayat dan Tertib Urutannya

Qur’an terdiri atas surah-surah dan ayat-ayat, baik yang pendek maupun yang panjang, Ayat adalah sejumlah kalam Allah SWT yang terdapat dalam sebuah surah dari Qur’an. Tertib atau urutan ayat-ayat Qur’an ini adalah tauqîfi, ketentuan dari Rasulullah. Sebagian ulama meriwayatkan bahwa pendapat ini adalah ijma’, diantaranya az-Zarkasyi dalam al-Burhân dan Abu Ja’far ibnuz Zubair[1] dalam Munâsabah-nya, di mana ia mengatakan : ”Tertib ayat-ayat di dalam surah-surah itu berdasarkan tauqîfi dari Rasulullah dan atas perintahnya, tanpa diperselisihkan kaum Muslimin. As-Suyuti telah memastikan hal itu, ia berkata : ”Ijma’ dan nas-nas yang serupa menegaskan, tertib ayat-ayat itu adalah tauqîfi, tanpa diragukan lagi”. Jibril menurunkan beberapa ayat kepada Rasulullah dan menunjukkan kepadanya tempat di mana ayat-ayat itu harus diletakkan dalam surah atau atau ayat-ayat yang turun sebelumnya. Lalu Rasulullah memerintahkan kepada para penulis wahyu untuk menuliskannya di tempat tersebut. Ia mengatakan kepada mereka : ”Letakkanlah ayat-ayat ini pada surah yang ini di tempat anu.”

Usman bin Abil ’As berkata : ”Aku tengah duduk di samping Rasulullah, tiba-tiba pandangannya menjadi tajam lalu kembali seperti semula. Kemudian katanya, Jibril telah datang kepadaku dan memerintahkan agar aku meletakkan ayat ini di tempat anu dari surah ini : sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan serta memberi kepada kaum kerabat.......”(an-Nahl [16] : 90).

Terdapat sejumlah hadis yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat dari surah-surah tertentu. Ini menunjukkan bahwa tertib ayat-ayat bersifat tauqîfi. Sebab jika tertibnya dapat diubah, tentulah ayat-ayat itu tidak akan didukung oleh hadis-hadis tersebut.

Diriwayatkan dari Abu Darda’ dalam hadis marfu’ : Barang siapa hafal sepuluh ayat dari awal surah Kahfi, Allah akan melindunginya dari Dajjal”. Dan dalam redaksi lain dikatakan : ”Barang siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surah Kahfi.......[2] Juga terdapat hadis-hadis lain yang menunjukkan letak ayat tertentu pada tempatnya.

Disamping itu diterima pula bahwa Rasulullah telah membaca sejumlah surah dengan tertib ayat-ayatnya dalam shalat atau dalam khutbah Jum’at, seperti surah Baqarah, Ali ’Imran dan Nisa’, Juga hadis sahih menyatakan bahwa Rasulullah membaca surah A’raf dalam shalat Marghrib dan dalam shalat Shubuh, hari Jum’at membaca surah as-Sajadah, juga membaca surah Qaf pada waktu khutbah, surah Jumu’ah dan surah Munafiqun dalam shalat Jum’at.

Jibril senantiasa mengulangi dan memeriksa Qur’an yang telah disampaikannya kepada Rasulullah sekali setiap tahun, pada bulan Ramadhan dan pada tahun terakhir kehidupannya sebanyak dua kali. Dan pengulangan Jibril terakhir ini seperti tertib yang dikenal sekarang ini.

C. Ayat Pertama dan Terakhir Turun

Dalam hal ayat yang pertama kali diturunkan dan apa yang terakhir kali, para ulama mempunyai banyak pendapat.

Yang Turun Pertama Kali :

1. Pendapat yang paling sahih mengenai yang pertama kali turun ialah firman Allah SWT pada surah al-’Alaq [96] : 1-5. Pendapat ini didasarkan pada suatu hadis yang diriwayatkan oleh ahli hadis dan dari Aisyah r.a., peristiwa ini terjadi di gua Hira.

2. Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah firman Allah SWT : Yâ ayyuhal muddaśśir (wahai orang yang berselimut). Ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh syaikh ahli hadis.

Dari Abu Salamah bin Abdurrahman ; dia berkata : ” Aku telah bertanya kepada Jabir bin Abdullah : yang manakah diantara Qur’an itu yang turun pertama kali ? Dia menjawab : Yâ ayyuhal muddaśśir. Aku bertanya lagi: Ataukah iqra’ bismi rabbik?.

Mengenai hadis dari jabir ini, dapatlah dijelaskan bahwa pertanyaan itu mengenai surah yang diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan bahwa surah Muddassir-lah yang turun secara penuh sebelum surah Iqra’ selesai diturunkan, karena yang turun pertama sekali dari surah Iqra’ itu hanyalah permulaan saja.

3. Dikatakan pula, bahwa yang pertama kali turun adalah surah Fatihah. Mungkin yang dimaksud adalah surah yang pertama kali turun secara lengkap.

4. Disebutkan juga bahwa yang pertama kali turun adalah Bismillâhirrahmânirrahîm, karena basmalah itu turun mendahului setiap surah.

Dalil-dalil kedua pendapat diatas hadis-hadis mursal. Pendapat pertama yang didukung oleh hadis Aisyah itulah pendapat yang kuat dan masyhur.

Yang Turun Terakhir Kali :

1. Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah ayat mengenai riba. Ini didasarkan pada hadis yang dikeluarkan oleh Bukhari dari Ibn Abbas, yang mengatakan :

”Ayat terakhir yang diturunkan adalah ayat mengenai riba.” Yang dimaksudkan ialah firman Allah SWT :

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman” (Al-Baqarah – 278)

2. Dan dikatakan pula bahwa ayat Qur’an yang terakhir diturunkan ialah firman Allah SWT :




Ini didasarkan hadis yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i, dari Ibn abbas dan Sa’id bin Jubair.

3. Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah ayat mengenai utang; berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Sa’id bin al-Musayyab : ”Telah sampai kepadanya bahwa ayat Qur’an yang paling muda di ’Arsy ialah mengenai utang.” Yang dimaksudkan adalah Al-Baqarah – 282, ayat yang berarti : ”Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu berutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya..........”

4. Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah ayat mengenai kalalah. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Barra’ bin ’Azib; dia berkata : ”Ayat yang terakhir kali turun adalah ” Mereka meminta fatwa kepadamu mengenai kalâlah, katakanlah : ’Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalâlah.’ (an-Nisa’ : 176)

Ayat yang turun terakhir menurut hadis Barra’ini adalah berhubungan dengan masalah warisan.

5. Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah : ” Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri......”(at-Taubah : 128-129) sampai akhir surah.

Muslim meriwayatkan dari Ibn Abbas, bahwa hadis ini memberitahukan bahwa surah ini ialah surah yang diturunkan terakhir kali. Karena ayat ini mengisyaratkan wafaynya Nabi saw, sebagaimana dipahami oleh sebagian sahabat.

6. Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah surah al-Ma’idah. Ini didasarkan pada riwayat Tirmizi dan Hakim, dari Aisyah r.a. tetapi menurut sebagian ahli, surah ini yang terakhir turun dalam hal halal dan haram.

7. Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah firman Allah SWT : ” Maka Tuhan memperkenankan permohonan mereka : ’Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki ataupun perempuan, karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.’” (Ali ’Imran : 195)

Ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Mardawaih melalui Mujahid, dari Ummu Salamah; dia berkata : ”Ayat yang terakhir kali turun adalah ayat ini...”

8. Dikatakan bahwa ayat terakhir yang diturunkan itu adalah firman Allah SWT :

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya” (an-Nisa : 93)

Ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan yang lain dari Ibn Abbas yang mengatakan : ”Ayat ini adalah ayat yang terkahir diturunkan......”

Pendapat-pendapat ini semua tidak mengandung sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, masing-masing merupakan ijtihad dan dugaan. Mungkin pula bahwa masing-masing mereka itu memberitahukan mengenai apa yang terakhir didengarnya dari Rasulullah, atau mungkin juga masing-masing mengatakan hal itu berdasarkan apa yang terakhir diturunkan dalam hal perundang-undangan tertentu. Atau dalam hal surah terakhir yang diturunkan secara lengkap.

Adapun firman Allah SWT : ”Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam jadi agama bagimu.” (al-Ma’idah:3), maka ia diturunkan di Arafah tahun Haji Perpisahan (Wada’).

Pada lahirnya, ia menunjukkan penyempurnaan kewajiban dan hukum. Telah pula diisyaratkan di atas, bahwa riwayat mengenai turunnya riba, utang-piutang, warisan dan yang lain itu setelah ayat ketiga Surah al-Mai’dah. Oleh karena itu, para ulama menyatakan kesempurnaan agama di dalam ayat ini.

Qadi Abu bakar al-Baqalani dalam al-Intisâr ketika mengomentari sebagai riwayat mengenai yang terakhir kali diturunkan menyebutkan : Pendapat-pendapat ini sama sekali tidak disandarkan kepada Nabi saw. Boleh jadi pendapat itu diucapkan oleh orang karena ijtihad atau dugaan saja. Mungkin masing-masing memberitahukan mengenai apa yang terakhir kali didengarnya dari Nabi saw pada saat ia wafat atau tak seberapa lama sebelum ia sakit, mungkin juga ayat itu yang dibaca terakhir kali oleh Rasulullah saw bersama-sama dengan ayat-ayat yang turun di waktu itu.

D. Daftar Pustaka

i. Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Litera Antar Nusa, Jakarta. 2006)

ii. As-Shalih, Subhi, DR, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Pustaka Firdaus, Jakarta. 2004).



[1] Ia adalah Ahmad bin Ibrahim ibnuz Zubair al-Andalusi, salah seorang ahli nahwu dan hafiz. Wafat 807 H.

[2] Hadis riwayat Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar